ARSIP DJADUK DAN ARSIP KITA

(Catatan Pendek Sebelum Tidur) .

Khususnya kepada rekan-rekan saya seniman-seniman musik muda-muda dan produktif, atau siapa pun saja yang bersinggungan, ada baiknya untuk mulai “merancang biografi” kita sendiri sedari dini, atau minimal mengarsipkan pengalaman-karya menjadi dokumentasi yang mudah dilacak, bisa dipegang, tidak tergantung sinyal internet, serta terfolderisasi/tersimpan dengan struktur yang baik (baca: kronologis, atau jelas penanda item informasi/waktunya).

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman. Ketika kami tahun lalu (2020) menulis biografi Djaduk Ferianto, kami takjub, karena kami menemukan sedikitnya 600 item kliping berupa liputan dan tulisan di media massa (sejak akhir 1960-an), ribuan foto, sekumpulan poster, booklet-booklet pertunjukan, dan arsip-arsip fisik lainnya. Tentu saja semua yang masih tersimpan dan terawat itu jadi sangat memudahkan kami untuk menelusuri informasi yang lebih detail selain informasi dari narasumber atau kerabat yang kami wawancara (ingatan sangat bisa meleset).

Di tengah gelombang informasi digital internet dengan kebiasaan unggah-unduh dan pengarsipan explorer yang mungkin serba random, sejujurnya kita makin sulit membaca jejak kekaryaan kita secara intim dan personal. Internet dan Media Sosial bisa menyelesaikan masalah di satu sisi sebagai penyimpanan global, tapi pengarsipan personal dalam bentuk fisik punya sifat lain. Kita juga tak bisa memastikan apakah website-website yang meliput kegiatan kita, juga akun-akun kita, bisa bertahan selamanya, tentu ada resiko yang mengikutinya: kena hack, bangkrut, lupa password, tidak bisa diakses, 404, dan “ancaman-ancaman” lain di luar prediksi kita.

Kami belajar banyak dari mendiang Djaduk soal perencanaan biografis sejak dini itu. Djaduk menyadari (sejak masih sangat muda), bahwa pengarsipan personal adalah sebuah kewajiban yang akan penting pada waktunya. Kini dalam berbagai bentuk pergeseran, kita bisa menemukan sendiri formula-formula pengarsipan yang pas untuk kita. Koran atau majalah fisik mungkin sudah tidak meliput kegiatan kita, tapi peluang-peluang lain pasti selalu ada.