Musik Klasik yang Menyejarah di dalam Hidup Saya

Sekitar 1999-2000 saya dikado oleh seorang rekan ibu beberapa kaset “musik klasik”, salah satu yang saya ingat adalah rekaman simfoni Tchaikovsky. Terasa aneh dan asing di telinga, tapi memikat untuk terus didengarkan.

Tak hanya itu, oleh guru privat saya, alm. Djunaedi Koeswara, saya juga dihadiahi beberapa rekaman gitar klasik, antara lain berisi permainan John Williams dan Julian Bream. Waktu itu saya memang sedang kursus gitar klasik secara intensif untuk mempersiapkan kuliah di ISI Jogja. Kadang sampai mewek karena beratnya materi, dan kadang tidak kuat dengan disiplin belajarnya, beda banget sama musik God Bless yang juga saya geluti bersamaan.

Semenjak dua momen itu saya mulai hobi berburu kaset-kaset musik klasik bekas di lapak-lapak di Solo dan Jogja, bahkan hingga ke sudut-sudut kota Jakarta (belum tren transaksi online). Lalu pada 2003 kalau tidak salah, saya membeli sebuah kaset dengan tajuk “Musik Pengiring Belajar”, berisi rekaman karya-karya Mozart. Menurut riset ilmiah, musik-musik di dalam kaset ini berpotensi meningkatkan kecerdasan pelajar dan mahasiswa. Saya pun mencoba mempraktikkannya, baca buku filsafat Yasraf Amir Piliang sambil dengar kaset itu. Memang lumayan membantu konsentrasi dan membawa ketenangan, meskipun soal kecerdasan itu saya tak tahu, apakah ada efek langsung atau tidak. Eh, di 2007 saya malah menulis sebuah resensi di Harian Kompas, membahas buku “Matinya Efek Mozart” karya Djohan. Agak paradoks tapi sangat menarik sebagai sebuah “kisah dan dilema.”

O, ya, setahun sebelumnya, 2006 Muhammad Syafiq menulis “Ensiklopedi Musik Klasik” dan saya hadir pada peluncurannya di Bentara Budaya Jogja. Senang sekali ada buku seperti itu di tengah langkanya literatur yang membahas musik klasik kecuali skripsi/tesis. Saya kerap diskusi dengan Thomas Yulian Anggoro untuk membahas banyak hal tentang musik klasik, dan kadang menemaninya siaran di Eltira FM, biasanya berlangsung jam 23.00 hingga 01.00 WIB. Ada horor juga, tiba-tiba stand mikrofon geser sendiri, didorong “hantu klasik” di radio itu.

Saya makin produktif menulis ulasan-ulasan konser musik klasik, wacana-wacananya, dan terlibat dengan berbagai urusan produksi, baik konser dan album-album, terutama yang diselenggarakan di Yogyakarta. Hingga saat ini kegiatan menulis masih berlangsung. Yang terbaru menulis untuk resital Duo Piano Ike Kusumawati dan Adi Utarini (2019), menganalisis beberapa karya yang ditampilkan. Begitulah sekelumit yang menyejarah dan membekas. Tentu saja masih ada kisah-kisah yang lain, diselingi pemikiran-pemikiran yang terasa serius dan menuntut perhatian banyak pihak di kawasan musik ini.

Kami akan siaran langsung ngobrol jarak jauh, tak hanya membahas kisah dan sejarah musik klasik di masa silam, tapi juga tantangan-tantangan ke depan menurut apa yang kami alami dan amati. Saya akan bersama Ania, peneliti sejarah pertunjukan musik klasik di zaman Hindia-Belanda, Adit, dosen, penulis, dan musikolog untuk Jakarta City Philharmonic. Dipandu Bung Mike yang punya perhatian besar pada wacana-wacana semacam ini.

See you! Rabu, 3 Juni.

Workshop Keroncong untuk Siswa-Siswi SMKN 12 Surabaya

Hari Senin pagi, 6 Januari 2020, saya dihubungi Mbak Kiki, guru musik di SMK N 12, Surabaya. Beliau meminta agar saya dan teman-teman Kroncongan Agawe Santosa bersedia untuk memberikan apresiasi musik keroncong kepada siswa-siswi sekolah itu. Jadwalnya akan diadakan Kamis, 9 Januari. Jadi, kegiatan ini sangat mendadak.

Esok harinya kukumpulkan teman-teman yang bersedia gabung di kegiatan edukasi ini. Dan syukurlah hampir semua “master-master muda” menyanggupi. Lalu saya segera mencarikan tempat. Pilihan jatuh di Rumah Budaya Siliran, memang langganan di situ kalau kami bikin acara.

Tiba di hari H pelaksanaan kegiatan. Rombongan sekitar 60-an siswa-siswi itu datang dengan satu bus besar, dan beberapa guru menggunakan satu mobil khusus. Kami pun memulai kegiatan ini dengan riang gembira. Seluruh peserta mengapresiasi dengan sangat baik. Dijelaskan mulai dari sejarah, ciri-ciri musik keroncong, hingga ngejam bersama. Ya, bisa dibilang acara ini tidak membosankan.

Terimakasih kepada teman-teman berikut yang bersedia direpoti mendadak: Irvant Rizky, Puput Pramuditya, Novti, Wawan, Revi, Mas Dalbo, Reza, Mas Feri.

Kegiatan apresiasi seperti ini sangat penting. Bagi kami juga melatih untuk belajar menjelaskan mengenai musik keroncong kepada siswa-siswi muda-belia ini. Bagi mereka kegiatan ini bermanfaat untuk menambah wawasan teknis maupun seluk-beluk dunia keroncong.

Sukses untuk kalian semua! Semoga SMK N 12 makin maju!

Terima Kasih, 2019!

Terimakasih “2019” memberi pengalaman luar biasa kepada saya. Bersyukur menyelesaikan semua ini dengan lancar. Ada yang begitu mudah dilalui, ada yang bikin sulit tidur.

1. Kroncongan Agawe Santosa X Jompet (Musikus)
2. Buku “Mendidik dari Hati” Ike Kusumawati (Editor)
3. Buku “Gong Luang” I Wayan Sudirana (Penerbit/AMT)
4. Buku “Total Perkusi” (Desainer Sampul)
5. Ramadhan Rukun (Bendahara)
6. Buku “Keroncong Gadhon” (Penerbit/Editor)
7. Sanggar Keroncong Santosa (Pendiri/Tutor)
8. Litererie “Music Writing Course” (Pendiri/Tutor)
9. Kroncongan Agawe Santosa X Teater Gondolaju (Manajer)
10. Piano Recital “Angelica Liviana” (Manajer Produksi)
11. MocoSik Festival (Pembicara)
12. Kampung Buku Jogja (Partisipan Pameran/AMT)
13. FKY (Partisipian Pameran/AMT)
13. Seamex (Partisipan Pameran/AMT)
14. Joglit Festival (Partisipan Pameran/AMT)
15. Buku “Duo Piano” (Penulis dan Editor)
16. GusFu dan Keroncong Milenial (Musikus, Arranger)
17. October Meeting (Penyelenggara/AMT)
18. Pasar Keroncong Kotagede (Kurator)
19. Kroncongan Agawe Santosa x Brian (Manajer)
20. Ngayogjazz (Partisipan Pameran/AMT)
21. Keroncongan Borobudur Writers and Cultural Fest. (Manajer)
22. Pertunjukan SGATAR Dirjen Pajak (Direktur Artistik)
23. “Seni di Ruang Publik” ITN Malang (Pembicara)
24. “Keroncong Riwayatmu Nanti” (Pembicara)
25. Album “GATRA” Nocturnal Guitar Quartet (Produser)
26. Buku “Sebuah Pesan Mendesak” Viktor Sandi. (Editor)
27. Beberapa proyek penelitian (Narasumber, Konsultan)

SAMPAI JUMPA 2020!

Seni di Ruang Publik

Mendongeng seni di minggu pagi (24 November 2019) untuk 80an mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN, Malang. Berangkat jam 7 pulang agak siang mampir makan bakso Malang.

Terimakasih Bp. Dr. Ir. Ibnu Sasongko, MT utk kepercayaannya. Dan terimakasih sobatku Ibnu Angga Handaru yang sudah membantu menjerumuskan saya ke pengalaman baru yang menantang dan manfaat.

Album GATRA – Nocturnal Guitar Quartet akan Dirilis

Dengan senang hati kami mengundang semua rekan-rekan untuk hadir pada acara peluncuran album GATRA – Nocturnal Guitar Quartet. Mari bersama-sama menjadi bagian paling intim untuk kelahiran album perdana kami ini.

Rabu, 27 November 2019
19.00 WIB | Noma Cafe Yogyakarta
GRATIS
Silakan reservasi tempat: 089675711546

Album ini didukung sepenuhnya oleh:
Art Music Today, Seruni Audio, DS Records
Rekambergerak, Noma Cafe

Memulai karir di Yogyakarta, Indonesia, pada 2014, Nocturnal Guitar Quartet (NGQ) telah tumbuh pesat sebagai ansambel yang memiliki reputasi internasional. NGQ berpengalaman memainkan karya-karya moderen dan kontemporer dari berbagai komponis lintas benua, tak terkecuali karya-karya komponis Indonesia. Anggota NGQ, Robi Handoyo, Adi Suprayogi, Vaizal Andrians, dan Gita Puspita Asri—telah saling kenal dan bekerja bersama-sama jauh sebelum NGQ berdiri. Kwartet ini adalah kwartet yang membawa nilai persahabatan yang tinggi. “GATRA” adalah album perdana NGQ, menandai lima tahun perjalanan mereka.

PENGHARGAAN:
– 1st Prize Mixed Chamber Category, Concorso Musicale Di Filadelfia, Italy, 2016.
– 1st Prize Ensemble Category, Tarrega Malaysia International Guitar Festival,
Kuala Lumpur, Malaysia 2017.
– 2nd runner up Japan International Guitar Festival, Tokyo, Japan 2018.

Kroncongan Agawe Santosa Tampil di Borobudur Writers and Cultural Festival 2019

Senang sekali mendapat kesempatan untuk ikut tampil di pembukaan festival keren dan bergengsi: Borobudur Writers and Cultural Festival 2019 pada 21 November. Kami tampil cut to cut dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Terlihat hadir di acara pembukaan beragam tokoh-tokoh kebudayan, penulis, dan masyarakat umum. Sampai jumpa kembali di BWCF berikutnya!

Keroncong Riwayatmu Nanti

Keroncong dulu adalah musik minoritas, dicap pinggiran, musiknya para “buruh cinta” di gang-gang sempit. Beruntung ada Kusbini menaikkan harkat keroncong ke panggung “serius”, dengan musik yg digarap sungguh, lirik yg dipikirkan dan aduhai bobot kesusastraannya. Keroncong naik level, lalu ada Bintang Radio, turut menjadi persemaian penyanyi-penyanyi berbakat. Keroncong terus punya pergeseran posisi sejak mulai ada ratusan tahun silam. Tapi ada fase hilang, dimana keroncong tak ada gaungnya, tepatnya di 1661 ke sini.

Awal abad 20 adalah penentuan. BEKA Records sangat berjasa di tahun-tahun 1900an awal. Lalu keroncong terus didengarkan di ruang-ruang pribadi, kampung, festival, hingga kanal-kanal digital.

Mendengarkan keroncong itu sesungguhnya mendengarkan apa? Apanya yang sungguh-sungguh ingin kita dengarkan di dalam musik keroncong?

GusFu dan Keroncong Milenial

Tahun 2019, Kroncongan Agawe Santosa, komunitas musik keroncong yang saya kelola, kembali mendapatkan pengalaman seru dan menarik. Setelah diundang untuk ikut tampil meramaikan acara Festival Band Sholawat 2019 di Taman Budaya Yogyakarta, 29 Juli lalu, kini kami akan merencanakan mini album bertajuk: GusFu dan Keroncong Milenial, dan merilisnya di tahun ini juga! Proyek ini akan dikomandani oleh Mas Andre dari ROFA Band. Seluruh lagu dikarang dan dinyanyikan oleh Gus Fuad Plered, Pimpinan Pondok Pesantren Roudlotul Fatihah. Saya mengaransemen empat lagu untuk mini album ini, dan Mas Puput Pramuditya untuk dua lagu lain.